Pengendalian Mutu Proyek Dengan Aspek (Manajemen,Kualitas,Biaya,Waktu)
1.
PENGERTIAN UMUM PROYEK
Soehendardjati,1987,
mengemukakan :
· •Proyek adalah suatu kegiatan
terorganisir yang menggunakan sumber daya yang dijalankan selama jangka waktu
yang terbatas yang mempunyai titik awal dimulainya dan titik akhir saat
berakhirnya.
· •Proyek adalah usaha yang kompleks,
biasanya kurang dari tiga tahun dan merupakan kesatuan dari tugas yang
berhubungan dengan sasaran, jadwal, dan anggaran yang terumuskan dengan baik.
Menurut Prijono, 1994,
daur kegiatan untuk mencapai tujuan proyek tampak dalam gambar 3.1 yang
menyajikan langkah berkesinambungan dengan tujuan untuk mencapai hasil baik.
Gambar 3.1 Daur kegiatan untuk mencapai tujuan proyek
2 HUBUNGAN BIAYA,WAKTU DAN
KUALITAS
Ketentuan
mengenai biaya, kualitas dan waktu penyelesaian konstruksi sudah diikat di
dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Apabila
muncul hal-hal yang tidak diperhitungkan selama proses pelaksanaan, maka harus
segera dilakukan perbaiakan. Usaha perbaikan penyimpangan tersebut bagaimanapun
tidak dapat mengubah kesepakatan pembiayaan dan jangka waktu pelaksanaan.
Bahkan segala macam bentuk penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas
dan waktu pekerjaan biasanya mengandung resiko dan sanksi denda.
Dalam
penyelenggaraan sebuah proyek, factor biaya merupakan bahan pertimbangan utama
karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditananmkan
pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Fluktuasi pembiayaan suatu
konstruksi bangunan juga tidak lepas dari pengaruh situasi ekonomi yang mungkin
dapat berupa kenaikan harga material, harga peralatan, dan upah, tenaga kerja.
Karena inflasi, kenaikan biaya sebagai akibat pengembangan bunga bank,
kesempitan modal kerja, atau penundaan pelaksaaan kegiatan karena suatu
keterlambatan.
Di
samping itu masih ada pengaruh yang dating dari masalah produktivitas, kemudian
ketersediaan sarana dan prasarana awal lokasi proyek, atau kejadian khusus
seperti sengketa hukum dan sebagainya. Sedangkan masalah-masalah yang
berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan konstruksi lebih banyak disebabkan oleh
mekanisme penyelenggaraan, seperti keterlambatan jadwal perencanaan,
perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya konstruksi, kelayakan
jadwal, masalah-masalah produktivitas, peraturan-peraturan dari pemerintah
mengenai keamanan perencanaan dan metode pelaksanaan lonstruksi, dampak
lingkungan, kebijaksanaan di ketenagakerjaan dan sebagainya. Kemudian
masalah-masalah yang mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan lebih banyak berawal
dan didominasi oleh kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan
kemampuan dan keterampilan teknis.
Misalnya
dalam penyusunan criteria perencanaan dan spesifikasi, pengelolaan
segifinansial sebagai penunjang, tata cara penyediaan material, peralatan, dan
pengawasan. Selanjutnya masih terdapat masalah-masalah tambahan yang cukup
penting yang
berpengaruh terhadap
jadwal, waktu dan kualitas, yaitu upaya analisa ekonomi biaya tinggi,
program-program pelatihan tenaga kerja.
Ringkasan
uraian tersebut dapat diberikan dalam bentuk bagan seperti pada gambar 3.2.
Ketiga faktor tersebut saling tarik-menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan
kinerja yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan
menaikkan kualitas yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi
anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi
dengan mutu dan jadwal.
3. PERENCANAAN PROYEK
Perencanaan
merupakan salah satu fungsi manajemen proyek yang sangat penting, yaitu memilih
dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk
mencapai sasaran. Hal ini berarti pertama-tama kita harus menentukan sasaran
yang hendak dicapai kemudian mencoba menyusun urutan langkah-langkah kegiatan
untuk mencapainya.
Dalam
menyelenggarakan proyek, tahap dan kegunaan perencanaaan dapat dibedakan
menjadi perencanaan dasar dan perencanaan pengendalian. Segera setelah kegiatan
proyek dimulai maka dipersiapkan perencanaan dasar yang berupa penyusunan
jadwal induk, anggaran, penetapan standar mutu, penetapan organisasi pelaksana,
dan urutan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan. Jadi perencanaan tahap ini
dimaksudkan untuk meletakan dasar-dasar berpijak bagi suatu penyelenggara
proyek, oleh karena itu disebut sebagai perencanaan dasar. Pada tahap
penyelenggaraan proyek, yaitu bila pelaksanaan fisik sudah berjalan, data-data
dan informasi ini kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan data-data
perencanaan dasar.
Kegiatan
ini berupa menganalisis dan membandingkan hasil pelaksanaan fisik di lapangan
terhadap perencanaan dasar kemudian membuat pembetulan-pembetulan yang
diperlukan, seringkali harus diikuti dengan pembuatan perencanaan ulang.
Pembuatan perencanaan ulang bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan selalu
terbimbing menuju sasaran yang disebut perencanaan untuk pengendalian.
Unsur-unsur perencanan yang berkaitan dengan
manajemen proyek adalah jadwal, prakiraan, sasaran, prosedur, dan anggaran.
Tidak semua perencanaan mengandung semua unsur tersebut. Suatu perencanaan yang
baik memerlukan keterangan yang jelas mengenai unsur-unsur yang menjadi bagian
dari perencanaan, sehingga seluruh bagian organisasi dan personil yang terlibat
mengetahui arah tindakan yang dituju. Penjelasan lebih lanjut dari unsur
tersebut adalah sebagai berikut :
1.Jadwal
Jadwal adalah
penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah-langkah kegiatan yang
sistematis untuk mencapai sasaran. Pendekatan yang sering dipakai untk
penyusunan jadwala adalah pembentukan jaringan kerja, yang menggambarkan suatu
grafik hubungan urutan pekerjaan proyek.
2.Prakiraan
Prakiraan adalah usaha
yang dilakukan secara sistematis untuk melihat keadaan masa depan dengan
data-data yang tersedia. Tujuan prakiraan adalah memberikan informasi untuk
dipakai sebagai salah satu dasar perencanaan dan pengendalian.
3.Sasaran
Sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana
semua kegiatan diarahkan dan diusahakan untuk mencapainya. Terdapat tiga
sasaran proyek yaitu jadwal, anggaran , mutu.
4.Kebijakan dan
Prosedur
Kebijakan dan prosedur memegang peranan
penting dalam penyelenggaraan suatu kegiatan besar. Sebab kebijakan dan
prosedur merupakan alat komunikasi yang diharapkan dapat mengatur,
mengkoordinasi, dan menyatukan arah gerak bagian-bagian kegiatan yang
dilakukan. Kebijakan dapat diartikan sebagai petunjuk dalam pengambilan keputusan.
Bila kebijakan memberikan petunjuk apa yang perlu dan dapat dilakukan, maka
prosedur menjelaskan bagaimana cara melakukan. Prosedur dapat digunakan untuk :
•Mengurangi
kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh kurang adanya komunikasi.
•Mengurangi adanya
tumpang tindih dan pengulangan.
•Mengurangi tugas-tugas
pengambilan keputusan, karena prosedur itu sendiri merupakan
keputusan-keputusan mengenai bagaimana pekerjaan dilakukan.
5.Anggaran
Anggaran menunjukkan
perancangan penggunaan dana untuk melaksanakan pekerjaan dalam kurun waktu
tertentu. Dalam penyelenggaraan proyek, suatu anggaran yang disusun rapi yaitu
anggaran yang dikaitkan dengan rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan, akan
merupakan patokan dasar atau pembanding dalam kegiatan pengendalian. Anggaran
dapat menjadi tidak sesuai dengan kenyataan. Bila perbedaan anggaran sudah
terlalu besar maka penggunaanya sebagai alat perencanaan dan pengendalian
menjadi tidak ampuh lagi. Oleh karenanya anggaran perlu disesuaikan, bila hal
ini memang diperlukan dari segi pengendalian dan perencanaan. Jadi penyesuaian
disini adalah untuk membuat anggaran tetap terhadap situasi akhir. Dengan
demikian sifat-sifat ketat dan realisistik dari suatu anggaran tetap terjaga.
4.PELAKSANAAN
PROYEK
Tahap
pelaksanaan di lapangan dimulai sejak ditetapkanya pemenang lelang, dan diawali
dengan menerbitkan Surat Perintah Kerja serta penyerahan lapangan dengan segala
keadanya kepada kontraktor. Kontraktor mengawali kegiatanya dengan mengeluarkan
surat pembertitahuan saat mulai bekerja yang sekaligus memuat informasi
mengenai organisasi dan petugas lapanganya. Kemudian dimulailah
pekerjaan-pekerjaan persiapan, pengujian material, survey pengukuran dan
persiapan pula tata cara dan prosedur penanganan masalah-masalah administratif.
Selanjutnya
perlu mengembangkan jadwal rencana kerja menjadi jadwal terinci. Pengembangan
jadwal rencana kerja harus mampu mengantisipasi kemungkinan munculnya
permasalahan dan hambatan, termasuk memperhitungkan jalan keluarnya. Jadwal
rencana detail berlaku sebagai kerangka induk untuk dijabarkan lebih rinci lagi
dalam bentuk jadwal, pengadaan material, alat-alat dan tenaga kerja, penagihan,
pembayaran prestasi,dan penyusunan arus kas, Kemudian perlu ditetapkan pedoman
praktis mekanisme dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan, koordinasi,
pengendalian dan pemerikasan pekerjaan kontraktor sampai sedetail mungkin.
Selama
proses konstruksi berjalan dilakukan pengendalian dengan selalu mengikuti
laporan dan evaluasi pekerjaan, termasuk jadwal rencana kerja yang dipersiapkan
secara teratur dalam waktu periodik harian, mingguan, bulanan. Biasanya setiap
laporan dilengkapi foto-foto keadaan dan perkembangan lapangan yang disertai
pula catatan-catatan penting seperlunya. Penerapan pelaksanaan pekerjaan yang
didasarkan pada rencana kerja dan waktu ke waktu harus selalu dimonotoring,
termasuk mengevaluasi segala kendala dan hambatan yang dihadapi agar segera
dapat diberikan cara penyelesaian. Untuk itu perlu diadakan rapat-rapat koordinasi
secara periodik.
Setiap
proses pelaksanaan konstruksi memerlukan program pengendalian mutu hasil
pekerjaan berdasarkan pada sistem pengendalian yang menyeluruh. Pelaksanaan
tugas kegiatan pengendalian mutu hakikatnya adalah pemantauan langkah demilangkah
terhadap proses pelaksanaan pekerjaan. Jadi bukan hanya memberikan penilaian
terhadap hasil suatu proyek. Proses pemantauan mencakup penilaian terhadap
metode kerja, keterampilan kerja, pengadaan material, pengadaan peralatan,
pengadaan tenaga kerja, termasuk keselamatan dan keamanan kerja.
5
PENJADWALAN PROYEK
Adapun
metode penjadwalan diantaranya adalah metode Analisis Jaringan Kerja CPM, PERT,
dan PDM. Adapun penjelasanya adalah sebagai berikut :
• CPM
(Critical Path Method)
Adalah suatu metode dengan menggunakan
diagram anak panah untuk menentukan lintasan kritis, sehingga disebut juga
metode lintasan kritis.
• Presedence
Digram Method (PDM)
Kegiatan dalam Presedence Digram Method
(PDM)digambarkan dengan lambang segi empat, karena letak kegiatan di bagian
node sehingga disebut juga Activity On Node (AON) dalam Presedence Digram
Method (PDM) ini tidak diperlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan
jaringan menjadi lebih sederhana, hubungan overlapping yang berbeda dapat
dibuat tanpa menambah jumlah kegiatan.
· • Program
Evaluation Review Tecnique (PERT)
Metode PERT digunakan untuk memperkirakan
durasi suatu proyek dan memungkinkan melakukan komputasi nilai probabilitas
dari suatu kegiatan atau proyek secara keseluruhan. Metode PERT juga menggunakan
teknik digram Activity On Arrow (AOA) seperti halnya metode CPM san PDM. Dalam
metode PERT diketahui tiga estimasi durasi setiap kegiatan, yaitu:
•Optimistic Estimate (to) adalah durasi
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya
berjalan baik.
•Pesimistic Estimate (tp) adalah durasi
untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya dalam kondisi buruk
(tidak mendukung).
•Most Likely Estimate (tm) adalah durasi
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan di antara Optimistic
Estimate dan Pesimistic Estimate
6.
PENGENDALIAN PROYEK
6.1.
Proses Pengendalian
Proses pengendalian
proyek terdiri dari beberapa kegaiatan yang dilakukan secara sistematis dan
berurutan. Dalam hal ini, Imam Soeharto,1995, memberikan definisi bahwa
pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai
dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan standar
dengan pelaksanaan, kemudian mengadakan tindakan pembetulan yang diperlukan
agar sumber daya digunakan secara dfektif dan efisien dalam rangka mencapai
sasaran.
Proses pengendalaian
proyek dapat diuraikan menjadi langkah-langkah sebagai berikut :
1.Menentukan sasaran.
Sasatan proyek adalah
menghasilkan produk dengan batasan mutu yang ditentukan, jadwal, dan biaya.
Sasaran merupakan tonggak dari kegiatan pengndalian.
2.Definisi lingkup kerja
Untuk memperjelas sasaran maka lingkup proyek
didefinisikan lebih lanjut yaitu mengenai ukuran, batas, dan jenis pekerjaan
apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan lingkup proyek secara keseluruhan.
3.Menentukan standar dan kriteria
patokan
Dalam rangka mencapai sasaran secara
defektif dan efisien perlu disusun standar, kriteria, dan spesifikasi yang
dipakai sebagai tolak ukur untuk membandingkan dan menganalisa hasil pekerjaan.
Standar, kriteria, dan patokan yang dipilih dan ditentukan bersifat
kuantitatif, demikian pula dengan metode pengukuran dan perhitungan harus dapat
memberikan indikasi terhadap pencapaian sasaran.
4.Memantau dan melaporkan
Pada kurun waktu tertentu diadakan
pemeriksaan, pengukuran, pengumpulan data, dan informasi hasil pelaksanaan
kegiatan proyek.
5.Mengkaji dan menganalisa hasil
pekerjaan
Langkah ini berarti mengkaji segala sesuatu
yang dihasilkan pada butir 4. Disini diadakan analis terhadap indikator yang
diperoleh dan mencoba membandingkan dengan kriteria dan standar yang
ditetapkan.
6.Mengadakan tindakan pembetulan
Apabila hasil analisis menunjukan adanya
indikasi penyimpangan yang cukup berarti, maka perlu diadakan langkah-langkah
pembetulan.
Jadi pengendalian merupakan proses
pengukuran, evaluasi, dan pembetulan kinerja proyek. Untuk proyek konstruksi,
ada tiga unsur yang selalu dikendalikan dan diukur yaitu kemajuan dibandingkan
dengan kesepakatan kontrak, pembiayaan terhadap rencana anggaran, dan mutu
hasil pekerjaan terhadap spesifikasi teknik. Sehingga proses pengendalian dasar
dalam setiap kegiatan konstruksi pada umumnya terdiri dari tiga langkah pokok
yaitu :
•Menetapkan standar kinerja
•Mengukur kinerja terhadap standar 30
•Membetulkan penyimpangan terhadap
standar yang diberlakukan, bila terjadi penyimpangan.
Pada gambar 3.3 diberikan langkah-langkah
operasional proses pengendalian yang dimaksud.
6.2.
PENGENDALIAN WAKTU
Pengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk
menjaga agar waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana waktu yang telah
ditetapakan. Rencana waktu pelaksanaan harus telah dipersiapkan sebelum proyek
dimulai. Hal ini dimaksudkan agar rencana waktu yang telah ada dapat digunakan
sebagai tolak ukur terhadap pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan pekerjaan.
6.2.a.Jadwal
waktu pelaksanaan
Jadwal waktu sangat
penting sekali artinya bagi pimpinan proyek di didalam melaksanakan
pekerjaanya. Dengan adanya jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui
dengan jelas rencana kerja yang akan dilaksanakanya, sehingga kontinuitas
pekerjaan dapat dipelihara. Adapun tujuan dari pembuatan jadwal waktu
pelaksanaan adalah :
•Sebagai pedoman bagi
pelaksana untuk memudahkan di dalam pekerjaanya agar suatu pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar dan mencapai sasaran.
•Untuk memperhatikan
alokasi sumber daya yang harus disediakan setiap kali diperlukan agar proyek
berjalan lancar.
•Untuk mengontrol
kemajuan pekerjaan sehingga apabila ada keterlambatan di dalam pelaksanaan
dapat diketahui segera dan diambil langkah-langkah penanggulanganya. •Untuk
mengevaluasi hasil pekerjaan dimaa hasil evaluasi dapat dipakai sebagai pedoman
untuk melaksanakan pekerjaan sejenis.
6.2.b.
Laporan kemajuan pekerjaan
Seiring
dengan adanya kemajuan (progress) pada masing-masing pekerjaan, untuk
mengetahui kemeungkinan adanya penyimpangan terhadap rencana perlu dilakukan
pengukuran pada
pekerjaan
dituangkan dalam suatu laporan. Laporan kemajuan proyek menjelaskan kemajuan
proyek sampai dengan saat pelaporan, termasuk di dalamnya :
•Tabulasi prosentase
penyelesaian pekerjaan utama.
•Kemajuan pekerjaan
dibandingkan dengan jadwal induk.
•Kesulitan yang dihadapi dan rencana
pemecahanya.
•Membahas masalah
penting yang mungkin berdampak besar terhadap pencapaian sasaran proyek.
Sistem informasi (laporan) sebaiknya
memberikan keterangan yang singkat, jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi
kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil-hasil kegiatan perencanaan, pengadaan dan
peleksanaan yang telah dicapai sampai saat pelaporan, kumulatif dan pada bulan
yang bersangkutan seperti yang diperlihatkan pada tabel 3.1. Untuk maksud
tersebut, masing-masing kegiatan harus dihitung bobotnya.
Untuk
membantu mempermudah penengkapan masalah yang dikemukakan, laporan kemjuan
pekerjaan sebaiknya dilengkapi dengan suatu grafik, hal ini dapat dicontohkan
pada gambar 3.4.
6.3. PENGENDALIAN BIAYA
Posisi
biaya proyek pada saat monitoring tidak terlepas dari status (kemajuan) pada
saat monitoring. Dengan kata lain, biaya proyek pada saat monitoring diperoleh
dengan membandingkan total pengeluaran biaya (berdasarkan laporan keuangan)
dengan rencana anggaran pada tingkat kemajuan tercapai pada saat yang sama
(berdasarkan laporan progress) tersebut lebih besar, sama, atau lebih kecil
dari proyeksi anggaran biaya yang direncanakan.
6.3.a. Anggaran Biaya Proyek
Acuan
yang digunakan sebagai tolak ukur di dalam pengendalian proyek adalah rencana
anggaran biaya. Anggaran biaya merupakan perencanaan terperinci perkiraan biaya
seluruh item pekerjaan, yang ditrisbusikan sesuai dengan time schedule yang
telah ditetapkan. Bahan-bahan yang diperlukan di dalam penyusunan rencana anggaran
biaya antara lain berupa gambar rencana, spesifikasi teknis, analisa sumber
daya, dan analisa harga satuan.Contoh rencana anggaran biaya dan
pendistribusianya dapat disajikan dalam tabel 3.2 dan tabel 3.3 berikut ini :
Unsur
biaya pelaksanaan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu :
•Biaya Langsung (Direct
Cost)
Adalah biaya yang harus
dikeluarkan, yang berhubungan langsung dengan pekerjaan-pekerjaan di lapangan.
Diantara yang termasuk dalam kategori biaya langsung adalah biaya tenaga kerja,
biaya material dan biaya peralatan.
•Biaya Tidak Langsung
(Indirect Cost)
Adalah biaya yang harus
dikeluarkan yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan di lapangan.
Diantara yang termasuk dalam kategori biaya tidak langsung adalah gaji
personil, biaya transportasi, dana overhead kantor pusat, sewa alat dan bunga
bank.
6.3.b.
Anggaran Kas Proyek
Setelah
anggaran biaya dan pendistribusian anggaran biaya berdasarkan time schedule
dibuat, maka langkah selanjutnya dibuat anggaran kas proyek (Project Cashflow),
Project Cashflowmerupakan taksiran penerimaan dan pengeluaran yang akan atau
sedang dikerjakan. Adapun kegunaan Project Cashflow yaitu dalam hal :
•Mengetahui kemungkinan
posisi kas pada masa yang akan datang.
•Mengetahui terlebih
dahulu kapan akan terjadi kekurangan kas, serta kapan akan terjadi kelebihan
kas.
•Menetapkan jumlah
pinjaman yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek.
•Mengetahui jumlah
bunga pinjaman modal kerja.
•Memperkirakan posisi
biaya pada akhir proyek.
Penyusunan
Project Cashflow pada saat dimulainya suatu proyek sampai dengan proyek selesai
(termasuk masa pemeliharaan). Skala waktu penyusunan Project Cashflow adalah
bulanan dan setiap bulan dilakukan penyesuaian. Hal ini dilakukan mengingat
realisasi umumnya tidak sesuai dengan yang direncanakan dengan dapat mengikuti
penerimaan maupun pengeluaran yang sebenarnya. Setiap kali dilakukan
penyesuaian sekaligus dilakukan perkiraan rencana anggaran dari sisa pekerjaan
yang belum dilaksanakan.
Sama
halnya dengan laporan kemajuan pekerjaan, maka laporan biaya proyek dapat
disajikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 3.5
6.3.c. Laporan Biaya Proyek
Untuk
mengetahui status biaya pada saat pengukuran kemajuan pekerjaan, dilakukan
dengan cara membandingkan rencana anggaran biaya pada saat kemajuan tercapai
dengan laporan pengeluaran biaya sampai dengan saat monotoring.
Adanya laporan pengeluaran biaya baik laporan
harian, mingguan maupun bulanan, manajer proyek selaku pimpinan proyek beserta
personil inti lainya secara terus-menerus mengendalikan segala macam sumber
daya (material, tenaga kerja, dan peralatan) serta faktor penunjang lain yang
akan mempengaruhi besar kecilnya biaya proyek. Isi laporan bulanan pembiayaan
proyek meliputi :
•Biaya Umum (overhead).
•Biaya konstruksi
dilapangan. Biaya ini dikelompokan menjadi biaya langsung dan tidak langsung.
•Pembelian material,
pembayaran upah tenaga kerja dan pembelian atau sewa peralatan.
•Laporan penggunaan
dana, meliputi rencana penggunaaan dana bulan yang akan datang dan rencana arus
kas (CashFlow).
•Analisis perkiraan
biaya dan jadwal penyelesaian proyek.
7.
METODE PENGENDALIAN PROYEK
Suatu
sisitem pengawasan dan pengendalian proyek disamping memerlukan perencanaan
yang realistis juga harus dilengkapi dengan pemantauan yang segera dapat
memberikan petunjuk dan mengungkapkan adanya penyimpangan.
Untuk masalah biaya
identifikasi dilakukan dengan membandingkan uang yang sesunguhnya dikeluarkan
dengan anggran yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk jadwal, dianalisis kurun
waktu yang telah dicapai dibandingkan dengan perencanaan. Dengan demikian akan
terlihat apabila terjadi penyimpangan antara perencnaan dengan kenyataan dan
mendorong untuk mencari penyebabnya. Salah satu metode yang dipakai untuk
meningkatkan efektivitas dalam mementau dan mengendalikan kegiatan proyek
adalah konsep nilai hasil.
Adapun
manfaat dari metode dengan menggunakan konsep nilai hasil adalah sebagai
berikut :
•Menghitung besar
perkiraan biaya untuk pekerjaan yang tersisa.
•Memperlihatkan
perbedaan biaya pelaksanaan dan anggaran.
•Menghitung besar
perkiraan biaya untuk penyelesaian proyek.
•Meperlihatkan
perbedaan waktu pelaksanaan dengan jadwal.
•Memperkirakan lama
waktu pelaksanaan dari pekerjaan yang tersisa.
•Memperkirakan
besar proyeksi keterlambatan pada akhir proyek bila masih seperti pelaporan.
Keterangan yang memberitahukan proyeksi masa
depan penyelenggaraan proyek merupakan masukan yang sangat berguna bagi
pengelola proyek untuk memikirkan cara-cara mengatasi segala persoalan di masa
yang akan datang.
7.1. Biaya Pekerjaan Berdasarkan Anggaran
Metode
kosep nilai hasil merupakan suatu konsep untuk menghitung besarnya biaya yang
menurut anggaran sesuai dengan (Budgeted Cost of Work Performed). Bila ditinjau
dari pekerjaan yang telah diselesaikan, konsep ini mengukur besarnya anggaran
yang telah dikeluarkan pada unit pekerjaan yang telah diselesaikan. Dengan
perhitungan ini diketahui hubungan antara apa yang sesungguhnya dicapai secara
fisik terhadap jumlah anggaran yang dikeluarkan.
Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada salah satu contoh untuk pekerjaan pondasi
pada gambar 3.6. sebagai berikut :
Dalam
hal ini dapat kita contohkan misalkan suatu pekerjaan mengecor pondasi beton
dengan volume 300 m3. Anggaran untuk pekerjaan ini sebesar Rp 80 juta. Pada
minggu pertama dilaporkan sebanyak 75 m3 pengecoran telah diselesaikan. Nilai
hasil adalah biaya yang dianggarkan dari pekerjaan yang telah diselesaikan.
Jumlah yang telah diselesaikan adalah (75/300) x (100%) = 25% atau 75m3, dengan
demikian menurut anggaran pengeluaran sebesar (25%) x (80 juta) = Rp 20 juta.
Jadi nilai hasil adalah Rp 20 juta. Dalam hal ini pengeluaran aktual dapat lebih
kecil (Rp 15 juta), lebih besar (Rp 35 juta) atau sama dengan nilai hasil,
tergantung dari efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
Bila
Pekerjaan dilakukan dengan amat efisien dari yang diperkirakan dalam anggaran
sehingga pengeluaran misalnya 15 juta, maka dikatakan nilai hasil 20 juta lebih
besar dari pengeluaran. Dan bila yang terjadi adalah sebaliknya maka nilai
hasil lebih kecil dari pengeluaran.
Rumus
nilai hasil adalah :
NILAI HASIL = (%
PENYELESAIAN) X (ANGGARAN)
sumber:
Komentar
Posting Komentar